shoooww timees.......

Minggu, 08 Januari 2012

kisah garam dan telaga


GARAM DAN TELAGA
Suatu ketika, hiduplah seorang lelaki tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak berhagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalhnya. Pak tua yang bijak, hanya mendenggarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil segengggam garam, dan meminta tamunya untuk mengggambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “ coba.minum ini, dan katakana bagaimana rasanya…,” ujar pak tua itu.
“pahit.pahit sekali,” jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.
Pak tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mangajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tampat tinggalnya.kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu.”coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, pak tua berkata lagi. “bagaiman rasanya?”
“segar” sahut tamunya “ apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, Tanya pak Tua lagi. “Tidak” jawab si anak muda.
Dengan bijak, pak tua itu menepuk – nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telag itu. “ anaka muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasanya pahit itu adalah sama, dan memamng akan tetap sama.
“tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita milii. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak tua itu kembali memberikan nasihat . “ hatimu, adalah wadah itu. Persaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama – sama belajar hari itu. Dan pak tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam “, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Tidak ada komentar: